Social Media

Trip to Ciletuh 4 : Memanjat Pohon di Curug Tengah

26 November 2015

Hari terakhir berada di Ciletuh yang pagi itu langitnya mendung. Jadwal hari ini mengunjungi dua curug dan satu tempat bernama Panenjoan. Lagi-lagi Land Rover jadi kendaraan pengangkut orang-orang kota Bandung ke lokasi air terjun. 

Curug Tengah. Saya menobatkan jalur jalan ke curug ini sebagai meda tersulit dan terberat. Awalnya sih cuma berjalan kaki di garis-garis pematang sawah. Panorama alamnya di sini aduh gustiiii bagusnyaaaa! Air terjunnya sudah nampak, tapi bukan penampakan air terjun itu yang kami tuju. Curug Tengah masih berada di bagian bawah dari tanah yang kami pijak. 

Sekitar 15 menit berjalan kaki di pematang sawah kami mulai menerjang turunan yang curam dan offroad alias permukaannya bertanah.

Hujan semalam membuat tanahnya kian lunak dan licin. Atas usulan PAPSI, Biofarma membantu menyediakan sarana tali tambang di sepanjang trek tersebut hanya pada satu sisi. Sambil berjalan turun, pengunjung dapat bertopang pada tali tambang tersebut. Talinya berukuran tebal dan sangat cocok untuk digunakan dalam aktivitas 'ekstrim' yang saya dan teman-teman lakukan menuju Curug Tengah. 

Awalnya sih jalurnya masih gampang aja, lama-lama kok makin curam yah :D Bagian tersulit adalah pada waktu harus memanjat/turun dari pohon. Tangan kiri saya yang pernah patah dan bengkok ini terasa nyut-nyutan. Untuk memindahkan badan dan kaki, tangan kiri saya harus bekerja lebih keras :D Alamak…senang rasanya bisa melalui itu semua dengan…anu… apa ya… dengan deg-degan, berat tapi lancar :D heuheu. 

Curug Tengah ini cantik sekali! Meski katanya hujan baru empat kali turun di Ciletuh, tapi debit airnya sudah terbilang kencang sih menurut saya mah. Apalagi nanti ya di bulan Maret dan April. Wohooo ada lagi alasan untuk kembali ke Ciletuh. 

Saya bersalaman dengan Curug Tengah. Saya juga motret. Saya juga melamun :D gak melamun ketang, mikirin banyak hal sambil ngamatin air terjunnya. Oiya kedalaman air di curug ini mencapai delapan meter. Eeewww dalam sekali…

Abis itu kami ke Curug Awang. 

Perjalanan ke Curug Awang terasa sangat ringan mengingat jalur terjal di Curug Tengah. Memang setelah kesusahan, pasti ada kemudahan ya hehehe :D

Curug Awang sama indahnya dengan semua curug yang saya kunjungi di Ciletuh. Tapi kedalamannya dong paling juara, 12 meter aja gitu. Karena ini curug terakhir yang kami datangi, jadi kami berlama-lama di pelataran curugnya. Dipuas-puasin banget lah. Motret sampai lemes! Hihihi. 

Kembali ke Landy dan berangkat ke Panenjoan. Wah ini tempatnya terrrrgampang buat diakses. Gak ribet, gak susah, cuma 30 detik dari tempat parkir hehehe. Dari sini saya bisa memandang Ciletuh dengan sudut yang berbeda dengan yang saya lihat di Puncak Darma tapi dengan objek pemandangan yang sama. Megahnya ya ampun…

Panenjoan merupakan tempat terakhir kami berwisata di Ciletuh. Padahal masih ingin menghabiskan waktu lebih banyak di sini. Tapi pekerjaan dan keluarga menanti.

Ciletuh kawasan yang kaya raya, bukan untuk ditambang sih, bukan sumber daya yang mineralnya bisa dikeruk sampai habis. Ciletuh surganya ilmu bumi. Untuk saya yang bukan peminat ilmu alam, pesona alam Ciletuh terlalu indah dan terlalu luar biasa untuk disimpan sendirian. Orang se-Indonesia harus tahu. Seluruh dunia harus tahu Ciletuh. 

Saat ini Ciletuh sedang disiapkan menjadi Geopark nasional yang diakui UNESCO di tahun 2017. Biofarrma dengan CSR-nya membantu warga di sana merintis jalan menuju pengesahan geopark tersebut. Semoga cita-cita tersebut terwujud. Indonesia punya potensi besar di bidang pariwisata, sayang kalau diabaikan.

Batu-batu purbanya yang sarat ilmu pengetahuan. Air terjunnya yang buanyak dan eksotis. Titik penglihatan yang megah dan epik seperti Puncak Darma dan Panenjoan.

Beruntung banget saya bisa mengunjungi Ciletuh. Terima kasih Biofarma dan teman-teman PAPSI.














Post Comment
Post a Comment